Senin, 18 Februari 2008

Petunjuk Teknis Budidaya Bawang Merah
( Allium ascalonicum )


I. Syarat Tumbuh
Tanaman bawang merah dapat ditanam di dataran rendah maupun dataran tinggi, yaitu pada ketinggian 0-1.000 m dpl. Meskipun demikian ketinggian optimalnya adalah 0-400 m dpl saja. Secara umum tanah yang tepat ditanami bawang merah ialah tanah yang bertekstur remah, sedang sampai liat, berdrainase baik, memiliki bahan organik yang cukup, jenis tanah Alluvial, Glei Humus atau Latosol. pH-nya antara 5,6-6,5. Syarat lain, penyinaran matahari minimum 70%, suhu udara harian 25-32°C, dan kelembapan nisbi sedang 50-70%.

II. Bibit
Bibit Bawang merah diperbanyak dengan umbi. Umbi diambil dari tanaman yang sudah cukup tua. Usianya sekitar 70 hari setelah tanam. Pada umur tersebut pertumbuhan calon tunas dalam umbi sudah penuh. Umbi sebaiknya seragam, tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil dengan ukuran 3-4 gram/umbi. Penampilan umbi segar, sehat, mengkilat, tidak luka, tidak kisut atau keropos dan sudah melewati masa penyimpanan 2,5-4 bulan setelah panen. Untuk satu hektar lahan membutuhkan sekitar 600-800 kg bibit.

A. Kultivar atau varietas yang dianjurkan adalah :
i. Dataran Rendah : Bima Brebes, Medan, Keling, Kuning, Bangkok, Kuning Gombong, Maja Cipanas, Klon No. 33, Klon No.86.
ii. Dataran Medium/Tinggi : Sumenep, Menteng, Klon No. 88, Klon No.33, Bangkok2.

B. Deskripsi
i. Bima Brebes
Varietas lokal asal Brebes ini mampu menghasilkan 10 ton/ha umbi kering dengan bobot susut panen mencapai 22%. Varietas ini dipanen pada umur 60 hari. Anakan dalam satu rumpun mencapai 7-12 buah. Di Brebes tanaman ini jarang berbunga. Umbi berwarna merah muda, bentuknya lonjong kecil dengan suatu cincin kecil pada cakram. Jenis ini cocok sekali untuk dikembangkan di dataran rendah. Bima brebes resisten terhadap penyakit busuk umbi (Botrytis allii), tetapi peka terhadap penyakit busuk daun (Phytoptora porii).
ii. Medan
Banyak ditanam di daerah Samosir, Sumatera Utara. Dipanen pada umur 70 hari dengan produksi rata-rata 7 ton/ha umbi kering. Bobot susut varietas ini tergolong tinggi, yakni 25% dari bobot panen basah. Satu rumpun terdiri dari 6-12 anakan. Mudah berbunga, wama umbi merah, berbentuk bulat dengan ujung runcing. Jenis ini fleksibel untuk dataran tinggi maupun rendah. Varietas ini cukup resisten terhadap busuk umbi, tetapi peka terhadap penyakit busuk ujung daun.
iii. Keling
Merupakan varietas lokal yang banyak ditanam di Majalengka. Produksinya agak rendah yakni 8 ton/ha umbi kering dengan susut bobotnya hanya 15%. Umur 70 hari setelah tanam varietas ini sudah bisa dipanen. Satu rumpun memiliki 7-13 anakan, sukar berbunga, dan umbinya merah berbentuk bulat. Jenis ini cocok dikembangkan di dataran rendah. Keling cukup tahan terhadap busuk umbi, tetapi peka terhadap penyakit busuk ujung daun. Selain varietas di atas ada lagi jenis bawang merah, yakrni kuning dan bangkok. Sayangnya kemampuan produksinya rendah, hanya mampu menghasilkan 7 ton/ha. Hampir semua varietas di atas ditanam pada musim kemarau. Hanya varietas medan dan kuning yang tahan ditanam di musim hujan.

III. Persiapan Lahan Tanam
A. Pembuatan Bedengan
Pada lahan dibuat bedengan-bedengan dengan lebar antara 120-180 cm. Diantara bedengan dibuat parit yang lebarnya 40-50 cm dengan kedalaman parit antara 50-60 cm. Parit nantinya berfungsi sebagai pemasukan air ataupun pengeluaran air yang berlebihan. Bila pH lahan kurang 5,5 perlu ditambahkan kapur dolomit atau kaptan sebanyak 1-1,5 ton/ha. Kapur ini sebaiknya diberikan minimum 2 minggu sebelum tanam dengan cara disebar dan diaduk merata sedalam lapis olah tanah pada bedengan. Pengapuran bisa bersamaan dengan pengolahan tanah.
B. Pemupukan Dasar
Pupuk dasar diberikan 1 minggu sebelum tanam yaitu 15-20 ton/ha pupuk kandang, 2,5-5 ton/ha kompos dan 150-200 kg/ha TSP. Pupuk disebar dan diaduk merata sedalam lapisan olah. Biasanya dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah yang ketiga yang juga bertujuan untuk menghaluskan butiran tanah.
IV. Penanaman
Penanaman Bawang merah sebaiknya ditanam pada saat awal musim kemarau (April/ Mei) dengan syarat air cukup untuk irigasi dan Awal musim penghujan (November/Desember). Biasanya petani di Brebes melakukan penanarnan setelah penanaman padi.
Setelah persiapan lahan tanam dilanjutkan dengan penanaman dengan jarak tanam 20 x 15 cm atau 15 x 15 cm. Jika umur bibit yang hendak ditanam kurang dari 2 bulan maka dilakukan perompesan/ pemogesan (pemotongan ujung umbi ± 0,5 cm) dengan tujuan memecahkan masa dormansi bibit, kemudian umbi bibit ditanam dengan cara membenamkan seluruh bagian umbi.
Kebutuhan benih tiap hektarnya ditentukan oleh jarak tanam dan ukuran benih yang digunakan. Jarak tanam untuk keperluan benih dan populasi tanaman dalam satu area pertanaman dapat dilihat pada tabel berikut :
Jarak Tanam
Kebutuhan benih/ha (ton)
Populasi tanaman
Ukuran Umbi 5 gr
Ukuran Umbi 2,5 gr
(20 x 20) cm(20 x 15) cm(15 x 15) cm(15 x 10) cm
1,41,82,43,6
0,70,91,21,8
250.000333.000644.000666.000

V. Pemupukan
A. Pupuk Susulan I
Pemupukan susulan I dilakukan pada umur 10-15 HST. Jenis pupuk yang diberikan adalah Urea 75-100 kg/ha, ZA 200-250 kg/ha dan KCl 75-100 kg/ha.
B. Pupuk Susulan II
Pemupukan susulan II dilakukan pada umur 25-35 HST. Jenis pupuk yang diberikan adalah Urea 75-100 kg/ha, ZA 200-250 kg/ha dan KCl 75-100 kg/ha. Pupuk diaduk rata dan diberikan di sepanjang garitan tanaman.
VI. Pemeliharaan
A. Penyiraman
Penyiraman dilakukan sesuai dengan umur tanaman :
· Umur 0 -10 hst : 2 kali sehari pagi dan sore
· Umur 11-35 hst : 1 kali sehari pada pagi hari
· Umur 36-50 hst : 1 kali sehari pada pagi sore hari
B. Pendangiran dan Penyiangan
Pendangiran dan penyiangan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan. Biasanya dilakukan 2 kali pada umur 10-15 hst dan 25-35 hst, bersamaan dengan pemberian pupuk susulan.
C. Pengendalian Hama, Penyakit dan Virus
i. Hama/ Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
a. Ulat Bawang (Spodoptera spp).
Gejala ditandai dengan bercak putih transparan pada daun. Biasanya serangan pada umur 30 HST. Cara pengendaliannya dengan mengumpulkan hama lalu dimusnahkan, memasang perangkap ngengat (feromonoid seks) 40 buah/ha. Jika intensitas kerusakan daun lebih dari 5% per rumpun atau ditemukan 1 paket telur/10 tanaman, dilakukan penyemprotan dengan insektisida efektif, misalnya Hostathion 40 EC, Cascade 50 EC, Atabron 50 EC atau Florbac.
b. Hama Bodas atau Trip (Thrips sp.)
Gejala ditandai dengan adanya bercak putih beralur pada daun. Thrips, mulai menyerang umur 30 HST karena kelembaban di sekitar tanaman relatif tinggi dengan suhu rata-rata diatas normal. Daun bawang yang terserang warnanya putih berkilat seperti perak Serangan berat terjadi pada suhu udara diatas normal dengan kelembaban diatas 70%. Penanganannya dengan penyemprotan insektisida efektif, misalnya Mesurol 50 WP atau Pegasus 500 EC, Bayrusil 250 EC, Azodrin 15 WSC.
c. Ulat Daun (Laphygma exigua) dan hama bodas (Thrips tabaci). Serangan kedua Gejala ditandai dengan terpotongnya ujung daun dan dan kemudian daun menjadi terkulai. Hama ini mirip Ulat Bawang (Spodoptera exigua). Gejala serangannya terlihat pada pinggiran dan ujung daun berupa bekas gigitan. Untuk pencegahannya, digunakan Bayrusil 250 EC yang mengandung bahan aktif kuinalfos atau Azodrin 15 WSC yang mengandung bahan aktif monokrotofos dengan dosis 2 ml/1 air.
d. Ulat Tanah
Gejala ditandai dengan rebahnya bagian pucuk /titik tumbuh dan tangkai karena terpotong pangkalnya. Biasanya serangan pada umur 0-10 HST. Ulat ini berwarna coklat-hitam. Kumpulan ulat biasanya pada senja/malam hari. Pengendaliannya dapat dilakukan menjaga kebersihan lahan dari sisa-sisa tanaman atau rerumputan karena dapat menjadi sarangnya.
ii. Penyakit
a. Penyakit layu Fusarium
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Fusarium sp. Gejala ditandai dengan tanaman layu dengan cepat (Jawa: ngoler), daun menguning, daun terpelintir dan pangkal batang membusuk. Biasanya serangan pada umur 0-10 HST. Jika ditemukan gejala demikian, tanaman dicabut dan dimusnahkan.
b. Penyakit Antraknose atau otomatis
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Colletotricum gloesporiodes. Biasanya pada umur 11-35 HST. Gejala serangan ditandai dengan terbentuknya bercak putih pada daun, selanjutnya terbentuk lekukan yang akan menyebabkan daun patah dan terkulai secara serentak (Istilah Brebes: otomatis). Untuk pencegahan di semprot dengan fungisida Daconil 70 WP atau Antracol 70 WP atau jika tanaman yang terserang lebih dari 5%, segera dicabut dan dimusnahkan (dibakar).
c. Penyakit bercak ungu atau Trotol
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Alternaria porri. Biasanya pada umur 11-35 HST. Penyakit ini sangat ditakuti petani bawang. Gejala serangan ditandai dengan bintik lingkaran konsentris berwarna ungu dan bercak-bercak putih kelabu di daun dan tepi daun atau bercak putih pada daun dengan titik pusat berwarna ungu, kemudian daun berubah menjadi cokelat dan mengering. Dari daun serangan berlanjut ke umbi. Umbi berair, berubah menjadi kekuningan dan akhimya cokelat kehitaman. Untuk pencegahan dilakukan dengan penyemprotan Antracol 70 WP, Daconil 70 WP, Difolatan 4F dengan dosis 2 cc/l.
iii. Virus dan Bakteri
Penyakit yang disebabkan oleh virus mempunyai gejala seperti pertumbuhan kerdil, daun menguning, melengkung ke segala arah dan terkulai serta anakannya sedikit. Sedangkan jika disebabkan oleh bakteri ditandai dengan membusuknya umbi dan berbau busuk. Cara pengendaliannya adalah dengan mencabut tanaman yang sakit beserta tanaman yang ada di sekitarnya (2-3 dari tanaman yang sakit), menggunakan bibit bebas virus (unggul) dan melakukan pergiliran tanaman (bukan golongan bawang-bawangan).
No
Jenis hama/penyakit
Golongan
Nama Dagang
Konsentrasi Anjuran
1.
Layu Fusarium di gudang di lapang
Mankozeb
Propineb
Benomil
Dithane M45 Antracol 70 WP Benlate 50 WP Antracol 70 WP
10 g/10 kg umbi 10 g/10 kg umbi 10 g/10 kg umbi
2.
Bercak ungu
Propineb
Klorotalonil
Maneb
Mankozeb
Daconil 70 WP
Polyram M
Dithane M45
Antracol 70 WP
Daconil 70 WP
2 g/l
3 g/l
2 g/l
2 g/l
3.
Otomatis atau Antraknosa


Klorotalonil
Propineb
Maneb
Mankozeb
Polyram M
Dithane M45
Atabron 50 EC
Nomolt 50 EC
Cascade 50 Ec
Bactospeine WP
2 g/l
2 g/l
2 g/l
2 g/l

4.
Ulat Bawang (Spodoptera spp.)
Klorfluazuron
Teflubenzuron
Flufenokzurona
B.thuringiensis
idem
Piretroid
Dipel WP
Decis 25 EC
Pegasus 500 SC
Mesurol 50 WP
2 g/l
2 g/l
2 g/l
2 g/l
2 g/l
0,5-1 ml/l
5.
Hama Thrips (Thrips sp.)
Benzoil Urea Merkaptodinetur

2 ml/l
2 g/l


VII. Panen dan Pasca Panen
A. Panen
Panen ditandai dengan kerebahan dan perubahan warna tanaman menjadi kekuningan dan leher batang mengeras. Panen dilakukan pada saat cuaca cerah dan tanah kering dengan cara mencabut tiap rumpun secara hati-hati agar umbi tidak tertinggal (pedot) dan kemudian diikat menjadi satu pada bagian daunnya (Jawa:dipocong) 5-10 rumpun tiap ikatan (Ikatan kecil dengan berat ±1 – 1,5 Kg) untuk mempermudah penanganan selanjutnya. Umbi diangkut dengan cara dipegang pada ikatannya, kemudian umbi dikering anginkan.



Indikator
Untuk Konsumsi
Untuk Bibit
1. Umur Panen (HST)
- Dataran rendah ( <400>400 - <700>700 m dpl)

50 – 60 HST
65 – 70 HST
75 – 90 HST

65 – 70 HST
80 – 90 HST
-
2. Perubahan warna tanaman
60 – 70 %
> 90 %

B. Pasca Panen
Setelah selesai panen, ikatan kecil lalu dijemur dengan posisi daun diatas selama 5-7 hari tergantung cuaca. Penjemuran menggunakan alas anyaman bambu (Jawa : gedeg). Penjemuran pertama selama 5-7 hari dengan bagian daun menghadap ke atas, tujuannya mengeringkan daun. Setelah daun bawang kering lokal (dijemur 5-7 hari) ikatan diperbesar dengan menyatukan 3-4 ikatan kecil menjadi ikatan besar (3- 4,5 Kg). Tali pengikat menggunakan tali bambu. Penjemuran kedua juga dilakukan selama 2-3 hari tergantung cuaca. Selama penjemuran kedua harus sering dibalik agar keringnya merata dan dilakukan pembersihan umbi dari tanah atau kotoran yang menempel. Bila sudah cukup kering (kering askip : Kadar Air ± 80-85%), umbi siap disimpan di gudang atau dipasarkan.
Penyimpanan di gudang dilakukan dengan cara menggantungkan ikatan-ikatan besar tadi. Gudang tempat penyimpanan harus mempunyai sirkulasi udara dan sanitasi yang baik. Suhu ruang penyimpanan adalah 25-30° C dengan kelembapan nisbi 60-70 %. Perlu diingat bahwa gudang yang dingin dan lembap akan menurunkan kualitas bawang merah yang disimpan.

VIII. Analisis Usaha Tani
Penggunaan input pada usahatani Bawang Merah dilakukan secara intensif. Di dataran rendah input tertinggi ada pada tenaga kerja (37%) dan input bibit (33%) menempati urutan kedua dan input pestisida (15 %) menempati urutan ke tiga. Sarana produksi (komponen input) antara lain; - Benih, - Pupuk,- Pestisida, - Tenaga Kerja, - Alat & Mesin dan lainnya.